MINOR PHYLUM


A.       PENGERTIAN MINOR PHYLUM
Minorphyla itu kumpulan filum-filum hewan invetebrata yang tidak dapat dimasukkan ke filum yg sudah ada misalnya filum protozoa. karena ciri-ciri dari minorphyla tidak ada yang mirip dengan filum-filum hewan yang sudah ada tersebut. makanya disebutnya minor phyla atau filum kecil-kecil yang terdiri dari hewan invertebrata.
Minorphyla adalah kumpulan hewan ivertebrata yang di grupkan menjadi satu karena mereka terlalu kecil sehingga tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Hewan-hewan tersebut jarang terlihat karena biasanya hidup di air atau sebagai parasit, yang tersembunyi dari hewan dan tumbuhan. Meskipun demikian hewan ini sama-sama banya dan penting, sebagai anggota rantai makanan atau sebagai parasit dari ekologi. Sebagian contoh dari anggota minor phyla diantaranya: Ctenophora, Mesozoa, Achantochepala, Bryozoa, Brachiopoda, Hemichordata.


B.        HEWAN-HEWAN YANG TERMASUK MINOR PHYLUM DAN ALASAN MASUK KE DALAM KELOMPOK MINOR PHYLUM SERTA PERANANNYA

1. CTENOPHORA

Ctenophora adalah salah satu filum hewan invetebrata. Anggota filum ini menyerupai hewan ubur-ubur walaupun secara klasifikasi berbeda filum. Awalnya, Ctenophora dikelompokkan dengan Cnindria dalam filum Coelenterata. Akan tetapi setelah disadari adanya perbedaan menyebabkan spesies Ctenophora  ditempatkan pada filum yang terpisah. Saat ini terdapat kurang lebih 150 spesies.

Klasifikasi Ctenophora 
 


Semua hewan yang tergolong Ctenophora hidup di laut. Ctenophora terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Nuda dan kelas Tentaculata. Kelas Nuda dekelompokkan menjadi 1 ordo yaitu Berioda. Kelas Tentaculata dikelompokkan mejadi 4 ordo yaitu Cestida, Cydippida, Lobata, dan Platyctenida.
Salah satu ciri khas yang membedakan Tentaculata dan Nuda adalah tentakelnya. Tentaculata mempunyai tentakel yang dilengkapi sel colloblasts untuk menagkap mangsanya. Sementara kelas Nuda tidak mempunyai tentakel. Kelas Nuda menangkap mangsanya dengan membuka rongga mulutnya dengan lebar.

        Morfologi Ctenophora


Ctenophora memiliki bentuk tubuh yang bulat, lonjong, lunak dan simetris radial. Salah satu keunikan Ctenophora adalah mampu mengeluarkan cahaya dari tubuhnya sendiri.. Bagian permukaan luar Ctenophora mempunyai delapan baris sisir yang disebut dengan cilia yang dapat digunakan sebagai alat gerak. Oleh karena itu, hewan ini dikenal sebagai ubur-ubur sisir karena secara vertikal tubuhnya terbagi oleh 8 helai cilia yang tampak seperti deretan sisir. Ctenophora memiliki mulut untuk masuknya makanan serta dua lubang anus untuk mengeluarkan air dan kotoran di ujung yang lain.
Ctenophora adalah hewan diplobastik yaitu hanya mempunyai dua lapisan badan yang terdiri dari dua lapisan sel transparan yang hanya menyusun kulit terluarnya (ektoderm) dan kulit bagian dalam (gastroderm). Dinding tubuh Ctenophora dapat dibedakan menjadi mesoderma dan endoderma.

        Reproduksi Ctenophora
Hampir semua spesies Ctenophora adalah hermafrodit atau  memiliki alat kelamin ganda. Reproduksi Ctenophora dilakukan  secara seksual. Meskipun ada beberapa spesies yang melakukan reproduksi secara aseksual dengan cara fragmentasi.
Alat reproduksi Ctenophora terletak di bawah cilia. Sel ovum dan sperma dilepaskan melalui pori – pori yang ada di epidermis. Sebagian besar spesies Cnetophoa melakukan pembuahan secara eksternal atau diluar tubuh Cnetophora, meskipun ada beberapa spesies yang melakukannya secara internal. 

Peranan Ctenophora
Ctenophora mempunyai peranan diantaranya adalah  ikut menjaga keseimbangan ekosistem di laut. Hal karena Ctenophora suka memakan fitoplankton (plankton tumbuhan). Selain itu juga Ctenophora juga sebagi sumber makanan bagi hewan laut seperti: Salmon, penyu, dan ubur ubur.
Namun Ctenophora juga memiliki kerugian bagi peternakan tiram karena hewan-hewan ini memakan larva-larva tiram  sehingga merugikan petani tiram. Selain itu, bila terjadi ledakan populasi, maka dapat membuat ekosistem tidak seimbang. Hal ini pernah terjadi di tahun 1989 di Laut Hitam saat Ctenophora memkan larva ikan Pelgis. Dan tahun 1999 di Laut Kaspia. Hasilnya adalah bahwa 75% dari zooplankton sudah habis, sehingga mempengaruhi seluruh rantai makanandanau.


2.  MESOZOA
Ada dua subclass dari Mesozoa: Dicyemida dan Orthonectida. Tubuh, yang mencapai panjang 5 mm, entah sel berbentuk ulat aksial (di Dicyemida) atau agregat sel epitel ditutupi dengan silia (di Orthonectida). Mesozoa adalah endoparasit dari invertebrata laut. Orthonectida tinggal di parenkim dari turbellarians dan nemertines dan dalam rongga tubuh dan organ reproduksi annelida, ophiuroids, dan lamellibranchs; Dicyemida, di ginjal dari cumi.
Siklus hidup Mesozoa kompleks, Daur hidup Mesozoa dari filum Orthonectida melalui stadium plasmodia (bentuk amoeba), sedangkan Mesozoa dari filum Rhombozoa melalui stadium nematogen (bentuk cacing). Hewan Orthonectida melakukan reproduksi secara diesis, sedangkan hewan Rhombozoa adalah hermafrodit simultan.
Orthonectida paling sering dioecious, dengan pergantian reproduksi aseksual dan seksual .Dicyemida generasi alternatif partenogenesis (nematogens) dengan generasi hermaprodit (infusorigen) di ginjal dari cumi. Infusoriforms (tahap distribusi) berkembang dari zigot dan muncul ke dalam air. Ada 14 spesies Orthonectida, milik tiga genera (dari dua keluarga).

3. ACANTHOCEPHALA
Diskripsi Umum
 Acanthocephala berasal dari bahasa yunan Acanthos “duri” dan Kephale “kepala” merupakan invertebrate sepanjang hidupnya sebagai parasit. Acanthocephala disebut juga sebagai cacing kepala duri, bagian kepala cacing tersebut disebut probiscus, kemudian bagian leher dan tubuh.




 
Ciri-ciri umum
A. Bentuk tubuh  Acanthocephala ini adalah silindris memanjang ukuran kurang lebih 1-2 cm, kecuali jenis Gigantorhynhus figas 10-65 cm. Jumlah spesies 1.150 telah diuraikan. Jenis host (inang) Acanthocephala sebagai medium di antaranya adalah invertebrate, vertebrata, burung dan mamalia.
B. Duri yang terdapat pada proboscis merupakan senjata yang terbentuk seperti mata kail berfungsi sebagai pengait dan menempelkan dirinya pada bagian usus host atau inangnya. Parasit ini mampu hidup dalam jaringan fisiologi hostnya serta mempunyai kemampuan hidup tanpa oksigen atau anaerob.

Acanthocephala merupakan salah satu filum parasit yaitu dengan ciri - ciri bentuk tubuh luar disebut proboscis, leher dan trunk. Filum cacing ini disebut juga cacing kepala berduri karena ada kaitnyamirip duri pada proboscis. Acanthocephala merupakan cacing yang berbentuk silinder, agak pipih, dan mempunyai proboscis yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari tubuhnya yang beradadi ujung anterior tubuh. Untuk mengidentifikasi spesies dari Acanthocephala dalah jumlah dan susunan kait pada proboscis. Proboscis berbentuk bulat atau silindris dan dilengkapi baris-baris kaitatau spina yang membengkakyang berguna untuk melekatkan tubuh cacing tersebut  pada usus inangnya.

Sistem Syaraf pada Acanthocephala yaitu:
1.Terdapat ganglion dibalik belalai atau septum.
2.Terdapat dua pasang posterior penghubung tubuh.
3.Ada otot syaraf yang kompleks disebut retina kulim.
4. Terdapat genital ganglion yang tersebar pada jaringan otan pejantan.
 Acanthocephala merupakan salah satu kelompok aschelmithes yang semua anggotanya hidup sebagai endoparasit yang memerlukan dua hospes dalam daur hidupnya. Stadium dewasa muda hidup sebagai parasit pada crustacean, insecta, sedangkan stadium dewasanya hidup di dalam saluran pencernaan  vertebrata. Pada yang dewasa tubuhnya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: proboscis, leher, dan badan. Tubuh umumnya berukuran kecil yaitu hanya mencapai beberapa cm. individunya bersifat diesis, organ kelamin jantan dan betina terpisah.
Reproduksinya secara seksual dan fertilisasinya internal.pada umumnya Acanthocephala itu tidak mempunyai system ekskretori yang khusus, dinding tubuhnya tidak dilapisi oleh kutikula, dan mempunyai otot sirkular dan longitudinal, system sirkulasinya dengan system saluran lacuna.

Seksualitas Acanthocephala
     Struktur alat reproduksi pada Acanthocephala bagian belakang belalai ke arah belakang tubuh (ekor) yang disebut ligamen. Pada jantan, terdapat dua testis yang berada pada bagian sisi. Pada saat vas terbuka akan menghasilkan tiga diverticula atau seminales vesiculae. Pada jantan juga memiliki tiga pasang kelenjar semen berapa dibagian belakang alat kelamin (testis), yang mensekresi kesaluran deferentia vasa. Kemuadian menjulur keluar pada saat posterior terbuka.  Sedangkan pada betina terdapat sel telur, seperti pada alat reprodukisi pada jantan berbentuk bulat memanjang sepanjang ligamen. Sejumlah ovarium masuk melalui saluran rongga ke tubuh dan kemudian mengapunga besama fluida. Kemudian, telur dibuahi sehingga terbentuknya embrio muda di dalam rahim. Pada saluran ke rahim terdapat dua lubang kecil yang terletak pada bagian punggung, sehingga embrio yang lebih matang akan melewati kedua lubang ini ke rahim, kemudian telur keluar melalui saluran tubuh. Embrio yang lolos pada induknya akan keluar bersama dengan kotoran melalui saluran pencernaan inangnya.
   Acanthocephala memiliki siklus hidup yang kompleks, melibatkan beberapa host pada tahap perkembangannya. Hospes awal pertamma adalah moluska. Dalam hospes perantara Acanthocephala bergerak masuk melalui rongga tubuh ke dalam usus. Kemudian pada tahap ini akan melakukan transformasi infektif. Parasit kemudian dilepaskan pada tahap dewasa oleh hospes pertama kali dilepaskan parasit ini akan membentuk dirinya seperti bulatan sehingga host berikutnya menelannya sebgai makanan hingga ke usus, dalam parasit ini akan berkembang hinga dewasa. Duri yang terdapat pada proboscis akan berkembang hingga menancap dinding usus host lebih lama semakin kuat. Pada tahap ini semua organ siap untuk bereproduksi sebab kecepatan tumbuhan dan berkembang lebih matang, kemudian tumbuh dan berkembang pula organ seksnya. Cacing jantan akan berhubungan seks menggunakan ekskresi kelenjar kealat kelamin betina, kemudian perkembangan embrio pada seekor betina dan terjadilah siklus kehidupan baru.
Habitat Acanthocephala menurut para pakar parasit menjelaskan dimana terdapat dua lingkungan hidup bagi parasit diantaranya adalah lingkungan makro yaitu lingkungan dimana parasit hidup dalam fisiologi hewan inangnya. Lingkungan eksternal yaitu dimana parasit hidup dan berkembang di alam bebas. Secara umum distribusi Acanthocephala secara geografis melalui inang mereka, sehingga dapat kita prediksi penyebaran dan distribusi secara merata atau tidak tergantung pada penyebaran hostnya.

Klasifikasi  
Kingdom             :Animalia
Subkingdom        :Eumetazoa
Unraked              :Bilateria
Superphylum       :Platyzoa
Classes                 :Archiacanthocephala
                            Eouacanthocephala
                            : Palaecanthocephala
Contoh dari Acanthocephala antara lain :
1.     Acanthocephalus jacksoni
2.     Macracanthorynchus hirudinceus
3.     Prosthorynchus formosus
4.     Neoechihorynchus

Klasifikasi Macracanthorhynchus hirudinceus
Kingdom         : Animalia
Subkingdom    : Acanthocepala
Classes            : Archiacanthocephala
Ordo                : Oliganthorhynchida
Family             : Oliganthorhynchidae
Species            : Macracanthorhynchus hirudinceus

Klasifikasi Acanthocephalus jacksoni
Kingdom         : Animalia
Subkingdom    : Acanthocepala
Classes            : Archiacanthocephala
Ordo                : Oliganthorhynchida
Family             : Oliganthorhynchidae
Species            Acanthocephalus jacksoni

Klasifikasi Prosthorynchus formosus
Kingdom         : Animalia
Subkingdom    : Acanthocepala
Classes            : Archiacanthocephala
Ordo                : Oliganthorhynchida
Family             : Oliganthorhynchidae
Species            : Prosthorynchus formosus


Klasifikasi Neoechihorynchus
Kingdom         : Animalia
Subkingdom    : Acanthocepala
Classes            : Archiacanthocephala
Ordo                : Oliganthorhynchida
Family             : Oliganthorhynchidae
Species            : Neoechihorynchus


4. BRYOZOA



 Pengertian
           Pada zaman dahulu, Bryozoa dianggap sebagai tumbuhan, namun setelah diteliti lebih lanjut maka diketahui bahwa Bryozoa merupakan binatang-binatang lumut. Secara terminologis, Bryozoa (Yunani), bryon berarti lumut dan zoon berarti hewan. Bryozoa merupakan koloni dari hewan kecil-kecil, seperti hamparan lumut berbulu, menempel pada batu, benda atau tumbuhan air di perairan dangkal yang subur dan jernih. Bryozoa hidup di laut dan beberapa hidup dalam air tawar, hidup berkoloni dan tidak bertangkai. Beberapa jenis mengeluarkan benda berkapur seperti batu karang. Pada sebagian besar spesies koloni terbungkus dalam eksoskeleton keras berpori.
          Bryozoa memiliki lophophore yang menjulur melalui pori-pori tersebut. Beberapa spesies merupakan pembangun terumbu karang yang penting. Filum Bryozoa dinamakan juga Polyzoa atau Ectoprocta. Polyzoa merupakan istilah bagi individu hewan ini yang berukuran kecil/mikroskopis, sedangkan Ectoprocta berasal dari kata ectos yang berarti di luar dan proctos yang berarti anus, maksudnya anus terletak di luar lophophore. Lophophore adalah lipatan dinding tubuh dan calyx yang mengelilingi mulut dan mengandung tentakel yang bercilia. Lophophore berfungsi dalam pengambilan makanan bersuspensi.


2.Morfologi
          Masing-masing individu dari Bryozoa disebut zoociem. Bentuk dari zooecium bermacam- macam seperti bentuk kotak, jembangan, lonjong atau pembuluh. Jenis koloni yang hidup di laut, seperti kelas Gymnolaemata polimorfik, artinya di dalam satu koloni terdapat lebih dari satu macam zooid, autozooid, heterozooid. Autozooid adalah zooid yang selalu ada dan jumlahnya banyak, berfungsi untuk makan dan pencernaan. Heterozooid merupakan modifikasi dari zooid untuk keperluan koloni, misalnya menjadi tangkai atau stolon, semacam akar, avikularium dan vibraculum. Avicularum (jamak: avicularia) berbentuk seperti kapala burung, untuk menghalangi parasit atau pengganggu. Vibraculum berbentuk seperti cambuk untuk membersikan tubuh dari detirtus dan parasit. Ovicell atau ooecium ialah zooid untuk mengerami telur.

3.      Anatomi
 Hewan berkoloni
 Tidak bertangkai
 Zooid berukuran < 0,5 mm
 Rongga tubuh tumbuh sempurna 
 Tidak ada sistem peredaran darah maupun organ pernafasan
 Terdapat saraf ganglion di antara mulut dan anus
 Mulut Bryozoa ditumbuhi dengan tentakel
 Traktus digestivus berupa saluran berbentuk U
 Anus terletak dekat mulut 
 Individu terbungkus dalam zooecium 
 Tidak punya sistem ekskresi
 Makan dari partikel-partikel dari air
Zooecium adalah selubung benda mati  (nonliving envelopment) dari khitin atau lapisan tebal kalsium karbonat yang tertutup kitin. Istilah cystid dalam Bryozoa, yaitu rangka luar dan dinding tubuh. Istilah polypide untuk menyatakan isi zooid dalam dinding tubuh yaitu lophophore, saluran pencernaan, otot dan organ lain. Sistem Respirasi Pada hewan Bryozoa tidak ditemukan organ pernafasan (respirasi) yang lazimnya ada pada semua makhluk hidup.

4.      Sistem Reproduksi
          Reproduksi Byozoa secara aseksual dan seksual. Semua Bryozoa air tawar dan kebanyakan Bryozoa air laut adalah hermaprodit yang fertilisasi dan pertumbuhannya di dalam tubuh. Telur dan Sperma dihasilkan secara bergantian, adakalanya protandri. Testis pada funiculus, ovari pada lophophore. Pada spesies diecious, zooid jantan dan betina terdapat dalam satu koloni atau pada koloni lain. Gonoduct tidak ada, telur dan sperma berhamburan dalam coelm atau dilepas di air. Beberapa spesies laut mengerami telurnya, misalnya dalam saluran pencernaan yang mengalami degenerasi atau ovicel.
          Bentuk larva Bryozoa laut bervariasi, namun semua mempunyai corona, yaitu semacam lingkaran cilia sebagai alat renang, dan serumpun cilia panjang di anterior, serta sebuah kantung penempel di posterior. Setelah berenang bebas sesaat bagi yang tidak makan dan beberapa bulan bagi yang makan, maka larva menempel  di substrat, tumbuh menjadi zooid awal yang disebut ancestrula. Dengan jalan pertunasan, reproduksi aseksual, ancestrula membentuk beberapa zooid baru dan zooid ini membentuk sejumlah besar zooid lagi, sehingga terbentuklah koloni Bryozoa baru yang makin lama makin besar, bentuk koloni sesuai jenisnya. Koloni berumur satu musim atau beberapa tahun.
          Reproduksi aseksual pada Bryozoa air tawar selain dengan cara pertunasan, juga dengan menghasilkan statoblast, satu sampai beberapa butir pada funiculus. Statoblast tahan terhadap kekeringan, panas, dan dingin. Struktur dan bentuk statoblast dipakai untuk identifikasi genus atau spesies. Bryozoa juga dapat berkembangbiak melalui tunas.
           Kebanyakan jenis Bryozoan tinggal di lingkungan laut, meskipun demikian ada sekitar 50 jenis yang hidup di air tawar. Di dalam habitatnya, bryozoan mungkin ditemukan pada semua jenis substrat: butir pasir, batu karang, kulit atau kerang, kayu, dan tumbuhan laut yang lain, pipa dan kapal mungkin menjadi kerak yang terbentuk oleh bryozoan. Beberapa bryozoan bukan hanya menempel pada substrat, tetapi juga membentuk sediment. Beberapa jenis telah ditemukan pada kedalaman 8.200 m, namun kebanyakan bryozoan hidup pada perairan dangkal. Pada umumnya bryozoan bersifat sessile, tetapi ada beberapa bryozoan bisa berpindah. Beberapa jenis ini tidak kolonial.

5.      Peredaran darah
Pada hewan Bryozoa tidak ditemukan sistem peredaran darah yang lazimnya didapati pada mahkluk hidup atau organisme lain.

6.      Pencernaan makanan
Proses pencernaan makanan pada Bryozoa dilakukan dengan proses yang sama dengan hewan lain yakni pertama kali makanan yang diambil oleh tentakel lalu dimasukkan ke dalam mulut yang kemudian melewati pharinx, lalu dicerna di dalam lambung kemudian melalui usus. Pada usus tersebut terjadi penyerapan bahan makanan yang sudah dicerna oleh lambung.

7.      Ekskresi
Pada hewan Bryozoa proses eksresinya sama seperti pada hewan biasanya yakni hasil sisa pencernaan yang sudah tidak dapat digunakan akan dikeluarkan melalui saluran yang disebut anus, pada Bryozoa anus terletak di luar lophopore, sebagaimana telah disebutkan bahwa Bryozoa bisa disebut juga Ectoprocta.

8.      Sistem pertahanan diri
Bryozoa termasuk organisme yang memiliki warna mencolok dan tak memiliki duri (spine) serta tak dilindungi oleh cangkang sebagai penutup tubuh, sehingga organisme ini rawan terhadap predator. Dalam rangka membebaskan diri dari serangan predator, secara alamiah organisme ini mengembangkan suatu mekanisme pertahanan diri dengan memproduksi senyawa aktif yang membuat predator menjauhinya. Invertebrata laut yang mempunyai struktur pergerakan fisik lebih terbatas dibanding dengan vertebrata laut, mampu mengembangkan sistem pertahanan diri dengan memproduksi senyawa kimia (chemical defense). Senyawa kimia yang dihasilkan oleh invertebrata laut ini berguna untuk mencegah dan mempertahankan diri dari serangan predator, media kompetisi, mencegah infeksi bakteri, membantu proses reproduksi dan mencegah sengatan sinar ultra violet.

5. BRACHIOPODA 
1.      Phylum Brachiopoda

Phylum Brachiopoda berasal dari bahasa latin, yaitu Bracchium yang berarti lengan (arm) dan Poda yang berarti kaki (foot). Jadi, Phylum Brachiopoda adalah hewan yang merupakan suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki dan lengan. Brachiopoda adalah bivalvia yang berevolusi pada zaman awal periode Cambrian yang masih hidup hingga sekarang. Mereka seringkali disebut dengan “lampu cangkang” yang merupakan komponen penting organisme benthos pada zaman Palaeozoic.
Phylum ini merupakan salah satu phylum kecil dari benthic invertebrates. Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari phylum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000 fosilnya telah dinamai. Phylum Brachiopoda mempunyai 2 buah cangkang yang mirip Pelecypoda, tetapi perbedaannya bahwa cangkang Brachiopoda tidak sama satu dengan yang lain.

2.      Anatomi Tubuh Phylum Brachiopoda

Brachiopoda mempunyai 2 cangkang (valve), yaitu Pedicle atau Ventral Valve dan Brachial atau Dorsal Valve. Tubuh tertutup oleh 2 cangkang, satu ke arah dorsal dan yang lainnya ke arah ventral. Biasanya melekat pada substrat dengan pedicile. Cangkang dilapisi oleh mantle yang dibentuk oleh pertumbuhan dinding tubuh dan membentuk rongga mantle. Cangkang Brachiopoda tersusun oleh senyawa karbonat, atau khitin dan kalsium fosfat. Cangkangnya biasanya mempunyai hiasan, berupa garis tumbuh, costae atau costellae. Kedua buah cangkang dihubungkan oleh gigi pertautan (pada Brachiopoda artikulata) atau sistem otot (Brachipoda inartikulata).
Pada pertangkupan kedua cangkang terdapat lubang tempat keluarnya pedicle yaitu Pedicle opening atau Forament. Pedicle merupakan juluran otot yang berfungsi untuk menempelkan tubuhnya pada tempat hidupnya. Bagian lain pada cangkang adalah Lophophore, berupa dua buah tentakel berbulu getar, berfungsi untuk menggerakkan air di sekitarnya. Lophophore mebentuk kumparan dengan atau tanpa didukung oleh skeletal internal. Usus Brachiopoda berbentuk U. Sistem peredaran darahnya terbuka.


3. Cara Hidup Phylum Brachiopoda

Secara umum, cara hidup Brachiopoda meliputi tempat atau lingkungan dia tinggal, cara dia beradaptasi atau hidup dengan lingkungannya, cara makannya, dan cara reproduksinya. Berbagai macam poin yang mencirikan cara hidup dari Brachiopoda adalah sebagai berikut :

a. Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar laut, lewat suatu juluran otot yang disebut pedicle. 
b. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan oksigen, Brachiopoda mempunyai Lophophore yang berfungsi menggerakkan air di sekitarnya, sehingga sirkulasi oksigen ke dalam dan ke luar tubuh dapat berlangsung. Begitu pula dengan makanan.
c.  Ada yang hidup di air tawar, namun sangat jarang.
d.  Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 m secara benthos secyl.
e. Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis atau hangat dengan kedalaman maksimal 40 m
f.  Hingga saat ini diketahui memiliki sekitar 300 spesies dari Brachiopoda.
g.  Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata-rata dari 5 mm hingga 8 cm.
h. Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan proses Bioconose dan Thanathoconose.
i.  Cara reproduksi Brachiopoda adalah terpisah antara jantan dan betina.

j.  Fertilisasi secara ekternal.

k. Sebagian ada yang “mengandung” dan melahirkan larva lobate.


4. Klasifikasi Phylum Brachiopoda
Klasifikasi phylum Brachiopoda dibagi menjadi dua, yaitu :

4.1  Brachiopoda Inartikulata
Ciri-cirinya adalah tidak mempunyai gigi pertautan (hinge teeth) dan garis pertautan (hinge line). Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat. Pertautan kedua cangkangnya dilakukan oleh sistem otot, sehingga setelah mati cangkang langsung terpisah. Cangkang umumnya berbentuk membulat atau seperti lidah, tersusun oleh senyawa fosfat atau khitinan. Mulai muncul sejak Jaman Cambrian awal hingga masa kini.
Contoh : Lingula

4.2 Brachiopoda Artikulata
Ciri-cirinya adalah cangkang dipertautkan oleh gigi dan socket. Cangkang umumnya tersusun oleh material karbonatan. Tidak mempunyai lubang anus. Mempunyai keanekaragaman jenis yang besar. Banyak yang berfungsi sebagai fosil index. Dan mulai muncul sejak zaman Kapur hingga kini.
Contoh : Terebratulid 


Macam-macam ordo dari Brachiopoda Artikulata adalah sebagai berikut :
a.       Ordo Orthida
Ciri-ciri :
·         Umur Ordovician
·         Bentuk ½ lingkaran, hinge line lurus, hiasan bersifat radial.
Contoh genus : Hebertella dan Platystrophia.

b.      Ordo Strophomenida
·         Umur Ordovician.
·         Bentuk pipih, hinge line lurus, hiasan radial berupa costellae halus.
Contoh genus : Sowerbyella dan Rafinesquina.

c.       Ordo Spiriferida
·         Umur Devon.
·         Bentuk sperti kumparan/spiral, tersusun oleh material gampingan mengelilingi  lophophore.
Contoh genus : Muscrospirifer dan Platyrachella.

d.      Ordo Rhynchonellida
·         Cangkang berbentuk segitiga atau bulat, hinge line pendek, beak kuat disertai lipatan bentuk accordeon.
Contoh genus : Pugnoides dan Rhynchotreta.
Terebratula dan Dielasma.
 

4.3 Rentang Hidup Phylum Brachiopoda
Pada akhir jaman Perm, terjadi kepunahan massal yang melibatkan hampir semua golongan Brachiopoda. Hanya sedikit takson yang selamat, seperti golongan Trebratulid dan Lingula, dan masih terdapat hingga masa kini (Holosen). Brachiopoda ditemukan melimpah pada kurun Paleozoik (543 hingga 248 juta tahun lalu). Brachiopoda masa kini selalu ditemukan dalam keadaan tertambat dengan menggunakan pedikelnya, baik pada batuan keras maupun cangkang binatang yang telah mati.

Rekaman Phylum brachiopoda dalam kurun waktu geologi adalah seperti di bawah ini :
- Phylum Brachiopoda (Cambrian-Recent)
- Class Inarticulata (Cambrian-Recent)
- Class Articulata (Cambrian-Recent)
- Order Orthida (Cambrian-Permian)
- Order Strophomenida (Ordovician-Jurassic)
- Order Pentamerida (Cambrian-Devonian)
- Order Rhynchonellida (Ordovician-Recent)
- Order Spiriferida (Ordovician-Jurassic)
- Order Terebratulida (Devonian-Recent)

4.4Nilai Ekologi
Spesies dari branchiopoda seperti Daphnia dan Artemia  merupakan sumber pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan laut maupun tawar karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu kandungan nutrisinya tinggi, berukuran kecil yang sesuai dengan ukuran mulut larva, pergerakannya lambat, sehingga mudah ditangkap oleh larva ikan, dan tingkat pencemaran terhadap air kultur lebih rendah apabila dibandingkan dengan penggunaan pakan buatan. Kandungan proteinnya bisa mencapai lebih dari 70% kadar bahan kering. Secara umum, dapat dikatakan terdiri dari 95% air, 4% protein, 0.54 % lemak, 0.67 % karbohidrat dan 0.15 % abu. Dalam bidang pertanian Daphnia biasanya hidup dalam populasi persawahan dan dapat bermanfaat sebagai penghancur dan memindahkan bahan organik serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber kitin. Selain itu Daphnia juga dapat digunakan sebagai indikator dari perubahan serta pencemaran lingkungan.

6. HEMICHORDATA
Hemichordata berasal dari kata (hemi: semu; chordata: penyokong tubuh). Hemichordata adalah devisi yang berbentuk cacing laut deuterostome binatang, umumnya dianggap sebagai saudara dari grup echinodermata.
Ciri-ciri Subfilum Hemichordata:
1)      bilateral simetris
2)      Badan memiliki lebih dari dua lapisan sel, tisu dan organ.
3)      Badan berongga disebut coelom.
4)      Alatpencernaan: usus, dan anus.
5)      Badan dibagi menjadi tiga bagian,belalai,leher dan trunk(tubuh).
6)      Memiliki sistem peredaran darah terbuka.
7)      memiliki glomerulus(ginjal) sebagai organ eksresi.
8)      Habitat dalam air.

Beberapa kelas dari subfilum hemichordata
1.       Kelas Enteropneusta
Kelas ini hidup lebih dari 70 spesies mereka tinggal di Burrows dalam substrat (lumpur atau pasir halus) atau di bawah batu, baik di perairan dangkal dan lebih mendalam.
Salah satu spesies dari kelas Enteropneusta adalah cacing Acorn (Saccoglossuskowalevskii) kebanyakan hidup meliang memakan pasir dan lumpur serta bahan organik yang terkandung didalamnya.  Berukuran 9-45 cm, kecuali Balanoglossus di Brazilia mencapai 1,5 m.
Reproduksi seksual, dioecious, pembuahan di luar. Telur menetas menjadi larva tornaria yang berenang bebas. Reproduksi aseksual terjadi pada Glassobalanus dan Balanoglossus.
 

2.  Kelas Pterobranchia
            Salah satu contoh spesies kelas Pterobranchia adalah Rhabdopleura sp. merupakan cacing kecil-kecil yang hidup dalam tabung, berkelompok dan berkoloni.
Panjang tiap individu tidak lebih dari 12 mm, Umumnya terdapat di laut dalam selatan khatulistiwa dan di pantai Eropa. Tubuh terdiri atas proboscis berbentuk seperti tameng (perisai), dan tangan-tangan yang mengandung tentakel terletak di bagian dorsal kelepak (collar). Reproduksi aseksual dengan pertunasan membentuk koloni lebih besar. 


 
  


1 komentar:

  1. maaf kak, tapi boleh saya tau sumber pustakanya? sebelumnya terima kasih atas tulisannya sangat membantu

    BalasHapus

 
Dewi Ayu Blog Design by Ipietoon